Akal Mana Yang Kamu Pilih
Ululalbab.org - Manusia
seringkali dideskripsikan sebagai makhluk yang berbuat kesalahan dan seringkali
berbuat lupa. Kesalahan pun bukan hanya perbuatan nyata yg terjadi dengan cacat
didalamnya, namun batin kerap kali diliputi kesalahan yang justru tidak
disadari pemiliknya. Justru dari kesalahan batin tesebut, terciptalah kesalahan
fisik yang bisa merugikan banyak pihak bahkan termasuk diri pelaku.
Kesalahan
dalam batin ini justru dirasa terbiasa karena dilakukan berulang kali tanpa
menjadi objek yg diperhatikan untuk diperbaiki, melainkan dipenuhi. Terkadang,
begitu banyak pasang mata yang menyadari adanya cacat dalam batin tersebut,
namun empunya tidak memiliki keinginan untuk memperbaiki kesalahan tersebut
padahal sudah mengganggu banyak jiwa.
Baca Juga : Tantangan Kuliah di Timur Tengah
Iri,
dengki, hawa nafsu, rakus, tamak, dan sebagainya sering menjadi makanan
sehari-hari bagi batin tersebut. Bahkan yang lebih parahnya lagi, dia tidak
ingin hanya dia yg merasakan makanan tersebut, namun mengajak sekitarnya untuk
mencicipi hidangan yang diberikan olehnya dan menciptakan doktrin agar
memberikan penilaian yang sama terhadap hidangan yg dia berikan. Bila ada yang
ingin memberikan komentar lain, ia akan kalah saing karena tidak memiliki
sekutu dengan penilaian rasa yang sama.
Bila
kita melihat hal ini pada orang lain, apakah kemudian kita akan membenci dan
menjauhinya? Bukankah justru kita malah membuat kesalahan tersebut tercipta
pada diri yang sebelumnya tidak terjadi? Sayangnya, tidak semua orang akan
berpikir dua kali sebelum bertindak, asal itu memenuhi keinginan hati mereka,
bukan bersikap bijak terhadapnya.
Lantas
apabila kita menjadi yang melakukan dan sepenuhnya sadar atas apa yang
dilakukan, apakah kesalahan tersebut ingin terus dilakukan demi memenuhi ego,
dan bukannya memperbaiki?
Segala
dosa hati yang terjadi, suatu saat akan menjadi bumerang yang kita tidak tahu
bagaimana akan terjadi. Mencari tahu dan memperbaiki kesalahan dalam diri
sendiri seringkali lebih sulit daripada mencari dan meminta seseorang untuk
memperbaiki kesalahannya. Disinilah peran bagian dari tubuh kita bekerja. Tidak
lain adalah akal pikiran.
Seseorang pernah berkata kepadaku bahwa manusia itu
memiliki dua akal dalam tubuhnya. Akal pikiran dan akal hati. Kita menyebutnya
secara umum sebagai logika dan perasaan. Dua akal ini seringkali bertengkar untuk
merebut posisi pertama dalam mengambil keputusan seseorang, karena yang menang akan
memiliki pengaruh besar dalam mengatur yang kalah. Bila logika yang menang,
maka perasaan akan mengikuti segala keinginan sang logika. Begitupun
sebaliknya.
Baca Juga : Fenomena Pacaran di Kalangan Masisir: Bentuk Kerusakan Moral yang Dinormalisasikan
Menjadi hal yang seringkali kita lakukan bahwa logika
kita sudah mengatakan bahwa apa yang kita perbuat adalah salah dan perlu diperbaiki.
Namun hati mengatakan bahwa kamu melakukan ini karena untuk alasan tertentu
yang dianggap benar, sehingga logika kalah dan mengiyakan dengan berat hati
bahwa apa yang ia lakukan adalah benar. Namun hal itu tidak selalu terjadi.
Logikapun juga cukup banyak menjadi juara.
Kembali lagi, setelah kita melihat apa yang dilakukan seseorang
yang bagi kita buruk bahkan merugikan kita atau orang lain atau kita sebagai
pelaku atas kesalahan yang kita perbuat, apakah tindakan kita selanjutnya akan
condong kepada logika atau perasaan?
Disunting Oleh : Redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar