Kabar dan Berita Penerima Beasiswa Al Azhar PM Darussalam Gontor Ulul Albab

Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Menulusuri Asal Usul Konsep Amor Fati Dalam Filsafat Stoikisme dan Penerapannya dalam Kehidupan Manusia


Marcus Aurelius seorang pelopor stoikisme


Ululalbab.org - Setiap manusia yang hidup pasti memiliki mimpi yang ingin diraih. Dalam usaha meraihnya, semua orang sepakat bahwa semakin tinggi mimpi seseorang, semakin besar pula usaha yang dibutuhkan. Tetapi, hal tersebut tidaklah sederhana, karena kita hidup di dunia yang penuh dengan absurditas.

Oleh karena itu, muncul kecemasan dalam diri manusia akan banyak hal, terutama masa depan. Banyak filsuf yang membahas tentang cara mengatasi kecemasan-kecemasan dalam hidup, salah satunya adalah konsep amor fati.


Amor fati adalah sebuah kata dalam bahasa Latin yang sangat terkenal dan menjadi salah satu dari tiga konsep dasar Stoikisme. Jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia, amor fati berarti mencintai takdir.


Baca Juga : Masih Perlukah Kita Overthinking ?


Meskipun para filsuf Stoik terdahulu seperti Epictetus dan Marcus Aurelius tidak menyebutkan langsung kata amor fati dalam tulisan-tulisan mereka, akan tetapi esensi dasar dari ungkapan tersebut sangat jelas tertuang dalam buku The Enchridion (Ἐγχειρίδιον) yang ditulis oleh Epictetus.


Dalam bait ke delapan ia menulis: Μὴ ζήτει τὰ γινόμενα γίνεσθαι ὡς θέλεις, ἀλλὰ θέλε τὰ γινόμενα ὡς γίνεται καὶ εὐροήσεις. (Mí zítei tá ginómena gínesthai os théleis, allá théle tá ginómena os gínetai kaí evroíseis).

Ilustrasi

Berdasarkan interpretasi yang dilakukan oleh Pierre Hadot dalam bukunya yang berjudul The Inner Citadel, kalimat tersebut berarti: “Jangan menuntut segala sesuatu untuk terjadi sesuai dengan kemauanmu, tetapi berharaplah agar segala sesuatu terjadi sebagaimana mestinya, maka kamu akan baik-baik saja.”


Tidak hanya itu, Marcus Aurelius, seorang kaisar Romawi yang berkuasa dari tahun 161 sampai 180 sebelum masehi menulis sebuah buku harian yang diberi judul The Meditation (Τὰ εἰς ἑαυτόν). Dalam bab ke empat, pada poin ke 23 ia menulis: Παν μοι συναρμόζει ο σοί ενάρμοστόν εστιν ω κόσμε. ονδέν μοι πρόωρον ονδε οψιμον ο σοι ενκαιρον. (Pan moi synarmózei o soí enármostón estin o kósme. ondén moi próoron onde opsimon o soi en’kairon).


Berdasarkan terjemahan yang dilakukan oleh A. S. L. Farquharson atas buku aslinya, kalimat tersebut berarti: “Wahai semesta, segala sesuatu darimu baik untukku, dan tidak ada sesuatu yang terlalu cepat atau terlalu lambat bagiku.”


Baca Juga : Bagaimana Kita Menyikapi Resiko ?



Meskipun kedua tulisan tersebut ditulis dalam bahasa Yunani dan tidak menyebutkan langsung kata amor fati yang menggunakan bahasa Latin. Tetapi asal mula dari amor fati, menurut Robert Greene, sangat berhubungan dengan kedua kutipan diatas.


Kata amor fati baru disebut secara jelas dalam buku Ecce Homo (1908) pada bab ke 10 dan Die Frohliche Wissenchaft (1882) pada bagian ke 276, yang keduanya ditulis oleh Friedrich Nietzsche. Oleh karena itu, Nietzsche terkenal dengan kata ja sagen, yang kemudian berkembang menjadi konsep Nietzschean Affirmation.


Serupa dengan Nietzsche, seorang filsuf Prancis bernama Albert Camus juga mengadopsi konsep amor fati yang dengan jelas terdapat dalam esainya yang berjudul Return to Tipasa (1952). Ia menulis bahwa, pada akhirnya manusia tidak memiliki pilihan lain selain menerima takdir buruk dan takdir baik yang datang silih berganti bagaikan benang putih dan benang hitam yang terkepang dalam satu kabel.


Pada akhirnya, meskipun amor fati berarti penerimaan terhadap takdir, tetapi bukan berarti kita diajarkan untuk bersikap pasif. Karena menurut ajaran Stoikisme, amor fati berarti melakukan hal yang terbaik menurut versi sendiri tanpa menggantungkan harapan apapun pada hasil. Karena ketidak-bergantungan itulah kita dapat dengan lapang dada menerima segala hasil yang ditakdirkan.  Maka dengan penerimaan, hidup menjadi lebih tenang, bahagia, dan bebas dari kekecewaan.


Oleh : Fachri Rachmat Thoriq

DIsunting oleh : Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Pandora