Bagaimana Kita Menyikapi Resiko ?
Hidup merupakan perjalanan kisah panjang yang penuh misteri. Pasti banyak momen-momen menyenangkan yang kita lalui, tapi tak sedikit juga momen yang kurang mengenakkan menurut kita yang tetap harus dilewati. Layaknya jentera, momen-momen tersebut datang dan saling mengisi satu sama lain silih berganti.
Tentu, semua dari kita menginginkan dan mengharapkan
bagian yang menyenangkan saja, bahkan sampai memperjuangkan mati-matian untuk dapat
sekedar menikmati momen tersebut walau hanya sekejap.
Sayangnya, orientasi kita yang hanya tertuju
pada pencapaian “zona nyaman” cenderung membuat kita lupa dan terlena bahwa
roda kehidupan pasti berputar. Cepat atau lambat kita pasti akan mendapati
bagian dalam hidup yang sejatinya ingin kita hindari. Pada akhirnya, tanpa
persiapan yang memadai malah menjadikan kita terperangkap dalam “zona
keterpurukan” begitu lama, dan harus berjuang dari titik awal lagi untuk bisa
kembali ke zona nyaman.
Berita Terkait : Perlukah Kita Overthinking
Memang kejadian yang akan datang adalah
misteri dalam hidup yang tidak dapat kita tebak atau prediksi sepenuhnya.
Guratan takdir memang sudah terpatri bahkan sebelum kita menghirup dunia. Tapi
tentu kita tidak bisa berpangku tangan dan pasrah terhadap takdir begitu saja.
Kita dianugerahi akal dan daya nalar untuk dapat memitigasi atau minimal
mereduksi dampak dari musibah yang mungkin akan menimpa kita.
Untuk dapat menjawab masalah tersebut akhirnya
timbul beberapa cabang ilmu baru yang diharapkan dapat menjawab keresahan tadi.
Contohnya, untuk meminimalisir resiko kecelakaan dalam dunia kerja diadakanlah
jurusan K3 (keselamatan dan
Kesehatan kerja). Dalam kasus kebencanaan terkait gunung
berapi, ada badan khusus yang menaungi yaitu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi
Bencana Geologi (PVMBG). Dan masih banyak lagi.
Sejatinya, segala peristiwa yang terjadi baik
yang alami atau karena ulah manusia, pasti memiliki dampak dan resikonya masing
masing, dan itu dapat diperhitungkan jika kita memiliki data yang cukup dan
instrumen penghitungan yang memadai.
Dewan Keselamatan Nasional milik Amerika
serikat (NSC) pernah memaparkan bahwa dalam kecelakaan kerja, 88% adalah sebab
dari tindakan yang kurang aman (Unsafe Behavior), 10% kondisi yang kurang aman,
dan 2% merupakan takdir ilahi.
Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa
takdir hanya menyumbang sebagian kecil dari kerugian yang kita terima dalam
bencana. Sisanya lagi karena kecerobohan kita sendiri. Jika yang 98% dapat diantisipasi
dengan baik, tentu kejadian tak terduga seperti ini bukan merupakan suatu hal
yang berarti.
Namun terkadang kita dihadapkan dengan dua
jalan yang sama-sama memberi kita keuntungan tapi memiliki resiko yang berbeda. Kita
dituntut untuk menentukan pilihan dan berani mengambil risiko. Dalam kondisi
seperti inilah manajemen resiko mengambil peran.
Salah satu tantangan dan tugas yang paling
berat ialah menentukan resiko mana yang dapat langsung kita toleransi dan mana
yang memerlukan tindakan tambahan sebelum dapat kita tolerir. Beberapa resiko
dapat kita terima tanpa tindakan berat, beberapa memerlukan mitigasi, dibagi atau
dialihkan ke pihak lain, atau mutlak harus dihindari.
Seorang peneliti dan analis kehutanan senior, Alla Valente, pernah berkata “Kita tidak memanajemen
resiko agar kita terbebas dari resiko. Kita memanajemen resiko agar kita tahu mana resiko yang paling
layak untuk diambil, dan mana membawa kita menjadi paling dekat dengan tujuan.”
Konklusi dari pernyataan ini adalah, resiko
bukanlah sebuah halangan untuk dihindari, tapi adalah harga yang harus dibayar
untuk membawa kita lebih dekat dengan tujuan.
Bagaimana kita memanajemen resiko?
Ilmu manajemen resiko telah banyak melahirkan
artikel dan panduan tentang bagaimana dan apa yang harus kita lakukan untuk
memanajemen resiko. Salah satu sumber terkredibel adalah Standar ISO31000 yang
dikembangkan oleh Badan Standarisasi Internasional (ISO).
ISO merilis lima langkah dasar untuk
memanajemen resiko dan dapat diterapkan oleh siapa saja
1. Identifikasi resiko
2. Analisa dampak dari setiap resiko
3. Prioritaskan resiko berdasarkan tujuan kita
4. Langkah atau respon untuk tiap kondisi
resiko
5. Kawal hasil dan sesuaikan seperlunya
Untuk dapat mengidentifikasi resiko, tentu
kita harus mengetahui bagaimana suatu hal berjalan dengan benar (sebagaimana
mestinya). Sesuatu dianggap resiko jika memiliki dampak yang menyebabkan
sesuatu tidak berjalan semestinya. Setelah dapat mengidentifikasi, barulah kita
dapat melanjutkan ke langkah selanjutnya.
Setiap pilihan yang kita tentukan pasti
memiliki keunggulan dan resikonya masing masing. Menyesuaikan dampak atas
pilihan tersebut dengan kebutuhan dan kemampuan kita untuk menoleransi
merupakan tindakan yang tidak bisa dianggap remeh.
Maka dari itu, kita perlu mengukur dan
menaksir seberapa besar dampak dari resiko yang kita ambil, sejauh mana efek
samping dari opsi yang kita pilih. Lalu dampak tersebut kita definisikan dengan
angka untuk dapat dikomparasikan dengan data lainnya.
Setelah kita berhasil menganalisis dan
menghimpun data dari setiap opsi dan resikonya masing masing. Barulah kita
menyusun skala prioritas berdasarkan tujuan (goal) kita. Lalu kita
klasifikasikan mana resiko yang dampaknya paling mendekati dengan tujuan kita, dan mana yang dampak
negatifnya paling dapat kita tolerir, mana yang paling masuk akal untuk diambil.
Eksekusi merupakan langkah paling krusial pada
akhirnya. Semua resiko dan dampak yang telah kita petakan dalam angka sekarang
mulai menjadi kenyataan. Dalam langkah ini kita perlu mengawal dengan teliti
setiap output dari tindakan kita.
Apabila perlu merespon tiap kejadian dengan tindakan yang
terukur dan terarah, agar jalannya rencana dapat terkontrol dan hasil yang
didapat sesuai dengan yang kita harapkan di awal.
Pada intinya, hidup hanyalah perpindahan dari suatu pilihan ke pilihan
yang lain. Kita
belajar sejak kecil hanya untuk dapat menentukan pilihan dengan baik. Hadirnya penyesalan,
bak pewarna kehidupan, merupakan pelajaran dalam hidup agar kita dapat
menentukan pilihan lebih baik pada kesempatan mendatang atau kita ajarkan pada
generasi setelah kita. Sehingga manajemen resiko membantu kita untuk dapat mengambil langkah dengan
bijak.
Ditulis oleh : Iqbal Fawwazi
Disunting oleh : Redaksi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar