Kabar dan Berita Penerima Beasiswa Al Azhar PM Darussalam Gontor Ulul Albab

Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Bagaimana Kita Menyikapi Resiko ?

How to Assess and evaluate risk

Hidup merupakan perjalanan kisah panjang yang penuh misteri. Pasti banyak momen-momen menyenangkan yang kita lalui, tapi tak sedikit juga momen yang kurang mengenakkan menurut kita yang tetap harus dilewati. Layaknya jentera, momen-momen tersebut datang dan saling mengisi satu sama lain silih berganti.

 

Tentu, semua dari kita menginginkan dan mengharapkan bagian yang menyenangkan saja, bahkan sampai memperjuangkan mati-matian untuk dapat sekedar menikmati momen tersebut walau hanya sekejap.

 

Sayangnya, orientasi kita yang hanya tertuju pada pencapaian “zona nyaman” cenderung membuat kita lupa dan terlena bahwa roda kehidupan pasti berputar. Cepat atau lambat kita pasti akan mendapati bagian dalam hidup yang sejatinya ingin kita hindari. Pada akhirnya, tanpa persiapan yang memadai malah menjadikan kita terperangkap dalam “zona keterpurukan” begitu lama, dan harus berjuang dari titik awal lagi untuk bisa kembali ke zona nyaman.

 

Berita Terkait : Perlukah Kita Overthinking


Memang kejadian yang akan datang adalah misteri dalam hidup yang tidak dapat kita tebak atau prediksi sepenuhnya. Guratan takdir memang sudah terpatri bahkan sebelum kita menghirup dunia. Tapi tentu kita tidak bisa berpangku tangan dan pasrah terhadap takdir begitu saja. Kita dianugerahi akal dan daya nalar untuk dapat memitigasi atau minimal mereduksi dampak dari musibah yang mungkin akan menimpa kita.

 

Untuk dapat menjawab masalah tersebut akhirnya timbul beberapa cabang ilmu baru yang diharapkan dapat menjawab keresahan tadi. Contohnya, untuk meminimalisir resiko kecelakaan dalam dunia kerja diadakanlah jurusan K3 (keselamatan dan Kesehatan kerja). Dalam kasus kebencanaan terkait gunung berapi, ada badan khusus yang menaungi yaitu Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). Dan masih banyak lagi.

 

Sejatinya, segala peristiwa yang terjadi baik yang alami atau karena ulah manusia, pasti memiliki dampak dan resikonya masing masing, dan itu dapat diperhitungkan jika kita memiliki data yang cukup dan instrumen penghitungan yang memadai.

 

Dewan Keselamatan Nasional milik Amerika serikat (NSC) pernah memaparkan bahwa dalam kecelakaan kerja, 88% adalah sebab dari tindakan yang kurang aman (Unsafe Behavior), 10% kondisi yang kurang aman, dan 2% merupakan takdir ilahi.

 

Dari data di atas dapat disimpulkan bahwa takdir hanya menyumbang sebagian kecil dari kerugian yang kita terima dalam bencana. Sisanya lagi karena kecerobohan kita sendiri. Jika yang 98% dapat diantisipasi dengan baik, tentu kejadian tak terduga seperti ini bukan merupakan suatu hal yang berarti.

 

Namun terkadang kita dihadapkan dengan dua jalan yang sama-sama memberi kita keuntungan tapi memiliki resiko yang berbeda. Kita dituntut untuk menentukan pilihan dan berani mengambil risiko. Dalam kondisi seperti inilah manajemen resiko mengambil peran.

 

Salah satu tantangan dan tugas yang paling berat ialah menentukan resiko mana yang dapat langsung kita toleransi dan mana yang memerlukan tindakan tambahan sebelum dapat kita tolerir. Beberapa resiko dapat kita terima tanpa tindakan berat, beberapa memerlukan mitigasi, dibagi atau dialihkan ke pihak lain, atau mutlak harus dihindari.

 

Seorang peneliti dan analis kehutanan senior, Alla Valente, pernah berkata “Kita tidak memanajemen resiko agar kita terbebas dari resiko. Kita memanajemen resiko agar kita tahu mana resiko yang paling layak untuk diambil, dan mana membawa kita menjadi paling dekat dengan tujuan.”

Konklusi dari pernyataan ini adalah, resiko bukanlah sebuah halangan untuk dihindari, tapi adalah harga yang harus dibayar untuk membawa kita lebih dekat dengan tujuan.

 

Bagaimana kita memanajemen resiko?

 

Ilmu manajemen resiko telah banyak melahirkan artikel dan panduan tentang bagaimana dan apa yang harus kita lakukan untuk memanajemen resiko. Salah satu sumber terkredibel adalah Standar ISO31000 yang dikembangkan oleh Badan Standarisasi Internasional (ISO).

 

ISO merilis lima langkah dasar untuk memanajemen resiko dan dapat diterapkan oleh siapa saja

 

1. Identifikasi resiko

2. Analisa dampak dari setiap resiko

3. Prioritaskan resiko berdasarkan tujuan kita

4. Langkah atau respon untuk tiap kondisi resiko

5. Kawal hasil dan sesuaikan seperlunya

 

Untuk dapat mengidentifikasi resiko, tentu kita harus mengetahui bagaimana suatu hal berjalan dengan benar (sebagaimana mestinya). Sesuatu dianggap resiko jika memiliki dampak yang menyebabkan sesuatu tidak berjalan semestinya. Setelah dapat mengidentifikasi, barulah kita dapat melanjutkan ke langkah selanjutnya.

 

Setiap pilihan yang kita tentukan pasti memiliki keunggulan dan resikonya masing masing. Menyesuaikan dampak atas pilihan tersebut dengan kebutuhan dan kemampuan kita untuk menoleransi merupakan tindakan yang tidak bisa dianggap remeh.

 

Maka dari itu, kita perlu mengukur dan menaksir seberapa besar dampak dari resiko yang kita ambil, sejauh mana efek samping dari opsi yang kita pilih. Lalu dampak tersebut kita definisikan dengan angka untuk dapat dikomparasikan dengan data lainnya.

 

Setelah kita berhasil menganalisis dan menghimpun data dari setiap opsi dan resikonya masing masing. Barulah kita menyusun skala prioritas berdasarkan tujuan (goal) kita. Lalu kita klasifikasikan mana resiko yang dampaknya paling mendekati dengan tujuan kita, dan mana yang dampak negatifnya paling dapat kita tolerir, mana yang paling masuk akal untuk diambil.

 

Eksekusi merupakan langkah paling krusial pada akhirnya. Semua resiko dan dampak yang telah kita petakan dalam angka sekarang mulai menjadi kenyataan. Dalam langkah ini kita perlu mengawal dengan teliti setiap output dari tindakan kita. Apabila perlu merespon tiap kejadian dengan tindakan yang terukur dan terarah, agar jalannya rencana dapat terkontrol dan hasil yang didapat sesuai dengan yang kita harapkan di awal.

 

Pada intinya, hidup hanyalah perpindahan dari suatu pilihan ke pilihan yang lain. Kita belajar sejak kecil hanya untuk dapat menentukan pilihan dengan baik. Hadirnya penyesalan, bak pewarna kehidupan, merupakan pelajaran dalam hidup agar kita dapat menentukan pilihan lebih baik pada kesempatan mendatang atau kita ajarkan pada generasi setelah kita. Sehingga manajemen resiko membantu kita untuk dapat mengambil langkah dengan bijak. 


Ditulis oleh : Iqbal Fawwazi

Disunting oleh : Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Pandora