Kabar dan Berita Penerima Beasiswa Al Azhar PM Darussalam Gontor Ulul Albab

Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Guru Adalah Perantara Kita Kepada Rasulullah SAW




الحمد لله رافع درجات الذين آمنوا والذين أوتوا العلم ، صلاة الله وسلامه على من أرسل معلما وعلى آله وصحبه


            Menuntut ilmu tidaklah terlepas dari seorang guru, karena ialah yang mengajarkan banyak ilmu kepada kita. Dari mana kita sekarang dapat membaca, menulis, menghitung? Dari guru yang mengajarkan kita. Dari mana kita sekarang dapat menunaikan ibadah, berdo’a, membaca Al-Qur’an? Dari guru yang mendidik kita. Dan masih banyak ilmu lain yang kita peroleh berkat sosok guru. Oleh karena itu sudah sepatutnya sebagai penuntut ilmu kita menghormati dan berterima kasih kepada sosok guru sebagaimana pepatah arab mengatakan:


 قُمْ لِلْمُعَلِّمِ وَفِّهِ التَّبْجِيْلَا # كَادَ المــــُـــعَلِّمُ أَنْ يَكُوْنَ رَسُوْلًا


yang memiliki arti, “Berdirilah di hadapan gurumu dan muliakanlah, karena kedudukan guru hampir seperti seorang Rasul.” 


            Ustadzah Manal yang berasal dari Libya, juga sosok keturunan ahlul bait pada zaman ini, beliau berkata, “Seorang penuntut ilmu harus memiliki sesosok syeikh yang mengajarkan kepadanya ilmu yang bermanfaat, memperbaiki dari kesalahannya, kemudian membimbingnya kepada jalan kebenaran, guna menyelamatkannya dari api neraka dan membimbingnya kepada surga.”


Syeikh yang dimaksud adalah guru spiritual yang memiliki peran sangat penting pada kehidupan seseorang sekaligus juru selamat baginya, sehingga hubungan antara keduanya lebih erat daripada ayah kandung dan anaknya sekalipun. Mengapa demikian? Karena orang tua bisa saja meninggalkan anaknya, sebagaimana Allah SWT berfirman didalam surat ‘Abasa:


 يَوْمَ يَفِرُّ المـــَـــرْءُ مِنْ أَخِيْهِ (34) وَأُمِّهِ وَأَبِيْهِ (35) وَصَاحِبَتِهِ وَبَنِيْه ِ(36)

yang memiliki arti, “pada hari itu manusia lari dari saudaranya (34) dan dari ibu dan bapaknya (35) dan dari istri dan anak-anaknya (36).” Berbanding terbalik dengan seorang syeikh yang merupakan imam tidak mungkin meninggalkan muridnya sebagaimana Allah SWT berfirman dalam surat Al-Isra:


 يَوْمَ نَدْعُوْ كُلَّ أُنَاسٍ بِإِمَامِهِمْ (71)

yang memiliki arti, “Pada hari (ketika) Kami panggil setiap umat bersama imamnya.


Dari kedua ayat ini bisa disimpulkan bahwa seorang syeikh memiliki kedudukan lebih penting daripada orangtua, karena atas izin dan kehendak-Nya, syeikh lah yang menjadi perantara antara Rasulullah SAW dengan sang murid, karena dialah yang dapat membuka mata hatinya, menunujukkan jalan spiritualnya, menjaga dari ketergelincirannya, serta mendekatkan dirinya kepada Allah SWT.

          

  Lantas, bagaimana seorang murid dapat menemukan sosok syeikh yang tepat bagi dirinya? Ustadzah Manal memberi solusi seraya berkata, “Mohonlah kepada Allah SWT dengan wasilah memperbanyak shalawat atas baginda Nabi Muhammad SAW serta memperbanyak surat Al-Fatihah (pembuka) agar terbuka jalan menuju sesosok syeikh yang akan merubah hidup jauh lebih baik lagi, tutur Ustadzah Manal yang merupakan lulusan salah satu perguruan tinggi di Inggris.

            

Semoga kelak kita memiliki sesosok guru spiritual yang membimbing kita kepada jalan yang diridhoi-Nya, aamiin ya robbal ‘alamin.

 

Wallahu A’lam Bisshowab…

Shollu ‘Ala Nabiy…

 

Ditulis oleh : Al-Faqir Farchan Arifuddin

Disunting oleh : Redaksi

 

 






1 komentar:

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Pandora