“Mimpi Osman Ghazi Dan Kelahiran Turki Ottoman”
Kehidupan Awal Osman Ghazi
Osman Ghazi atau dikenal
dengan Osman I adalah pendiri Kesultanan Utsmaniyah atau Kekaisaran
Turki Ottoman. Osman Ghazi lahir pada sekitar 1258 di Kota Söğüt, yang terletak
di barat laut Anatolia. Ayahnya bernama Ertuğrul dan kakeknya bernama Suleyman
Syah. Ayahnya adalah kepala suku Kayi, yang masih keturunan Kabilah Oghuz.
Oleh karena
itu, disebutkan bahwa bangsa Turki Utsmani adalah keturunan dari Kabilah Oghuz
yang berasal dari sebelah utara Tiongkok (Asia Tengah). Ia lari untuk
menghindari tentara Mongol di bawah perintah Genghis Khan.
Ertuğrul lari
hingga mencapai daerah Anatolia di Turki, yang saat itu berada di bawah
kekuasaan Sultan Kayqubad I dari Kesultanan Rum. Kesultanan Rum masih berada di
bawah kekuasaan Dinasti Seljuk, yang kemudian membubarkan Kesultanan Rum dan
membuat Anatolia pecah menjadi beberapa bagian.
Di tempat itu,
Ertuğrul berjanji setia kepada Sultan Kayqubad I. Kemudian, sultan memberikan izin
untuk membangun permukiman di Söğüt yang berbatasan dengan Kekaisaran Bizantium
atau Romawi Timur. Di sana, Ertuğrul menjadi seorang adipati (bey) di
bawah Kesultanan Seljuk.
Pada tahun
1281, Ertuğrul meninggal dan pimpinan wilayah Söğüt diteruskan oleh Osman. Saat
kesultanan tersebut mengalami gonjang-ganjing, Osman memerdekakan diri dari
kesultanan dan memerintah kekuasaan berdaulat itu sampai akhir hayatnya pada
1323 atau 1324.
Pada masa
pemerintahannya, Osman fokus melakukan penaklukan untuk membangun kerajaannya
yang masih sangat kecil. Perjuangannya pun tidak sia-sia. Pasalnya, Kesultanan
Utsmaniyah terus berkembang hingga menjadi negara adidaya yang menguasai Timur
Tengah, Eropa Timur, dan Afrika Utara. Oleh karena itu, ia dianggap sebagai
peletak dasar dinasti Islam di Turki yang berjaya selama lebih dari enam abad
(1299-1924).
Sepeninggalnya,
keturunannya menggunakan namanya sebagai nama dinasti. Sehingga, dari sanalah
lahir sebuah kekuatan besar yang kita kenal dengan Kesultanan Turki Utsmani atau
Turki Ottoman.
Mimpi Osman
Sebagai seorang
şehzade (putra mahkota), Osman sedari kecil sudah dikirimkan oleh
kakeknya ke Eskişehir untuk belajar agama kepada seorang ulama sufi ternama,
yaitu Syekh Edebali. Beliau adalah seorang syekh yang memang sudah menjadi guru
dari ayah Osman, yaitu Ertuğrul.
Ini adalah
simbol bangsa Turki dalam menampilkan identitas keislaman mereka, yaitu dengan
memberikan pendidikan anak-anak mereka kepada seorang ustaz (pendidik).
Di bawah
didikan Syekh Edebali, Osman belajar banyak hal tentang kepemimpinan,
kebijaksanaan, keadilan, dan juga ilmu agama, serta makrifat. Sebagai seorang şehzade,
Osman diharapkan oleh orang tuanya dan kakeknya untuk menjadi seorang pemimpin
yang memiliki kemampuan di berbagai macam hal.
Hingga pada
suatu hari, ketika Osman tidur di kediaman gurunya ia bermimpi:
“Osman melihat
dirinya duduk di depan Syekh Edebali. Dari dada gurunya, tiba-tiba muncul hilal
(bulan sabit) yang kemudian berkembang sempurna menjadi sebuah bulan purnama.
Bulan purnama itu kemudian melingkupi tubuh Osman, sehingga seluruh tubuhnya
menjadi terang dan Osman tidak bisa melihat sekitarnya: seolah menjadi buta
sesaat. Setelah itu, cahaya purnama itu menerangi sekitar.
Baca Juga : Transisi Kekhalifahan Abbasiyah Ke Utsmaniyah : Khalifah Al Mutawakkil Billah dan Sultan Salim Khan I
Osman kemudian
melihat sebuah pohon muncul dari sampingnya, dan terus tumbuh hingga tingginya
tak bisa dicapai dan dilihat lagi oleh manusia. Pohon yang besar ini
dikelilingi oleh empat gunung, di mana gunung-gunung itu adalah gunung-gunung
yang ada di kawasan Eropa Timur, Turki, dan Timur Tengah (Kaukasus, Atlas,
Taurus, dan Hemus). Di bawah pohon yang besar tersebut, mengalir pula empat
sungai yang menjadi sumber kehidupan manusia sejak awal peradaban, yakni
Tigris, Efrat, Donau (Danube), dan Nil. Sungai-sungai tersebut dilayari oleh
kapal-kapal besar; serta di tepian-tepiannya tumbuh segala macam tumbuhan yang
memiliki manfaat bagi manusia.
Di lembah
sungai tersebut, Osman kemudian melihat visualisasi kota-kota di dunia, yang
tergambar dengan adanya piramida, reruntuhan abad lalu, gedung dan benteng,
serta masjid-masjid besar. Purnama menyinari kota-kota itu dengan terang
benderang. Osman takjub dengan pemandangan tersebut yang belum pernah ia lihat
sebelumnya.
Dari kota-kota
tersebut, terdengar lantunan azan yang indah serta saling bersahutan, dan
lantunan azan tersebut ditemani oleh kicauan segala burung yang bisa bersiul
dan bernyanyi. Kemudian, semua burung tersebut menetap di ujung-ujung ranting
pohon tersebut yang membentuk bentuk pedang yang tajam. Tiba-tiba, ada angin
kencang yang datang, yang membuat daun-daun tersebut mengitari Istanbul yang
berada di titik tengah dunia, diapit oleh dua benua dan dua laut, seperti
sebuah cincin. Namun, ketika cincin itu hampir ia masukan ke tangannya, dia
terbangun”.
Osman kembali
ke dunia nyata. Takjub dengan mimpinya yang baru saja ia rasakan. Seolah nyata.
Seolah sebuah gambaran akan apa yang ia hadapi. Dia kemudian menghampiri
gurunya, Syekh Edebali, untuk menceritakan mimpinya.
Syekh Edebali
tertegun dan terdiam sejenak. Kemudian, Syekh Edebali tersadar: melalui mimpi
ini, Allah hendak memberikan pesan pada dirinya bahwa Osman adalah seseorang
yang akan dipercayai oleh sebuah kekuasaan besar di muka bumi ini.
Awal Kesultanan Utsmaniyah
Syekh Edebali
memiliki seorang anak perempuan yang amat sangat cantik yang bernama Malhatun.
Darinya, Osman memiliki gejolak luar biasa dalam hatinya. Tetapi, Syekh Edebali
masih menganggap cinta mereka belumlah pantas, karena umur Osman yang masih
muda, dan kebijaksanaan serta keilmuannya masih belum matang.
Tetapi, setelah
mendengar mimpi yang dialami oleh Osman, Syekh Edebali dengan serta merta dan
tanpa ragu memberikan restu kepada Osman untuk menikahi putrinya, Malhatun.
Osman dinikahkan oleh seorang darwis yang bernama Touroud, seorang murid dari
Syekh Edebali.
Osman menikah
dengan putri dari Syekh Edebali. Beberapa sumber yang lain menyatakan, selain
dengan putri Syekh Edebali, ia menikah dengan Malhun Hatun. Ia adalah putri
Umur Bey yang merupakan salah satu kepala suku Turki.
Dari pernikahan
Osman dan putri Syekh Edebali, begitu juga pernikahannya dengan putri Umur Bey,
lahirlah keturunan Osman yang kemudian akan membentuk sebuah Kesultanan
Utsmaniyah yang kekuasaannya hampir meliputi seperempat Eropa, seluruh Afrika
Utara, dan sebagian Timur Tengah.
Perluasan Wilayah
Setelah Dinasti
Seljuk runtuh, Osman mendeklarasikan berdirinya Kesultanan Utsmaniyah di Turki
pada 1299. Ia lantas melakukan beberapa penaklukan terhadap wilayah-wilayah
yang penting, salah satunya adalah kota Yenişehir, yang kemudian dijadikan ibu
kota Utsmaniyah yang pertama.
Pada 1302,
setelah mengalahkan kekuatan Bizantium di dekat Nicea, Osman semakin mendesak
pertahanan lawannya. Khawatir dengan pengaruh Osman yang semakin besar,
Bizantium pun secara bertahap meninggalkan pedesaan Anatolia.
Kendati
demikian, Bizantium masih berusaha menahan ekspansi Ottoman. Tetapi, upaya
mereka tidak terorganisasi dengan baik. Sementara itu, Osman terus memperluas
kendalinya ke dua arah: bagian utara di sepanjang aliran Sungai Sakarya, dan
barat daya menuju Laut Marmara. Misi itu dapat diselesaikan pada 1308, dan
dilanjutkan dengan penaklukan Efesos di dekat Laut Aegea.
Wafatnya Sang Pendiri Turki Ottoman
Menjelang akhir
pemerintahannya, Kesultanan Utsmaniyah berupaya menaklukkan kota Bursa. Akan
tetapi, Osman meninggal lebih dahulu pada 1323. Tepat setelah pertempuran di
Bursa usai. Osman memerintah Kesultanan Utsmaniyah antara 1299 hingga 1323. Ia
kemudian digantikan oleh putranya yang bernama Orhan.
Setelah
kematiannya, Osman sempat dimakamkan di kampung halamannya di Söğüt. Namun,
Orhan memindahkan makamnya ke Bursa, setelah berhasil menaklukkan kota tersebut
dan menjadikannya ibu kota Utsmaniyah yang baru.
Setelah itu,
Kesultanan Utsmaniyah terus berkembang pesat hingga runtuh pada tahun 1924.
Referensi :
- Kafadar, Cemal (1995). Between Two Worlds: The Construction of the Ottoman State.
Finkel, Caroline (2006). Osman’s Dream: The Story of the Ottoman Empire, 1300-1923. Basic Books
Kermeli, Eugenia (2009). “Osman I”. Dalam Agoston, Gabor, Bruce Masters. Encyclopedia of the Ottoman Empire.
Ash-Shallabi, Ali Muhammad. (2014). Bangkit dan runtuhnya khilafah Utsmaniyah. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar.
Gearon, Eamon (2016). Turning Points in Middle Eastern History. Virginia: The Great Courses.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar