Kabar dan Berita Penerima Beasiswa Al Azhar PM Darussalam Gontor Ulul Albab

Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Masa Dewasa Awal: Keputusan akan Menentukan Masa Depan

Masa penentuan dan keputusan adalah masa dewas awal


Tak terasa, namun harus kita sadari, bahwa kaki ini sudah memijak masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa remaja. Suatu masa penyesuaian terhadap pola-pola kehidupan yang baru dan harapan-harapan yang baru. Berbagai rintangan kehidupan akan terus menguji ketahanan diri, seiring bertambahnya usia pada masa dewasa awal. Dewasa awal adalah masa peralihan dari masa ketergantungan ke masa yang lebih mandiri, baik dari ekonomi, kebebasan menentukan diri sendiri, dan pandangan tentang masa depan. Semuanya harus lebih realistis.


Kisaran umur berapa sih, masa dewasa awal itu?


Diungkapkan oleh Erikson (2001), bahwa tahap dewasa awal terletak antara usia 20 sampai 30.


Menurut Vailant (1998), dewasa awal dibagi menjadi tiga masa, yaitu:


  • ·       Masa Pembentukan (20-30 tahun) dengan tugas perkembangan mulai memisahkan diri dari orang tua, membentuk keluarga baru dengan pernikahan, dan mengembangkan persahabatan.


  • ·       Masa Konsolidasi (30-40 tahun), yaitu masa konsolidasi karir dan memperkuat ikatan perkawinan.


  • ·       Masa Transisi (sekitar usia 40 tahun) merupakan masa meninggalkan kesibukan pekerjaan dan melakukan evaluasi terhadap hal yang telah diperoleh.


Berita Terkait : Bagaimana Kita Menghadapi Resiko



Kalo menurut kalian, apa sih dewasa itu?


Ada beberapa yang berpendapat bahwa dewasa itu: menyikapi sesuatu dengan bijak, tentang sikap dan tanggung jawab, tentang pola pikir dan pola hidup yang matang, tentang bagaimana mengontrol emosi dan ego, dan lain sebagainya.


Intinya, dewasa itu ditandai oleh satu hal: tanggung jawab baru.


Tanggung jawab yang tidak bisa kita serahkan pada orang lain, tidak bisa kita tinggalkan seenaknya, dan tidak bisa digantikan oleh individu lain. Karena, setiap manusia mempunyai tugas dan tanggung jawabnya masing-masing. Diantaranya tanggung jawab untuk menyelesaikan studi, tanggung jawab untuk menuntaskan tugas dan kewajiban, tanggung jawab dalam mengatur ekonomi sehari-hari, dan lain-lain.


Sekarang, kita tidak sedang berlomba-lomba dengan orang lain. Tapi, kita sedang berlomba dengan usia orang tua kita: apakah kita yang mencapai mimpi kita terlebih dahulu, atau orang tua yang meninggalkan kita terlebih dahulu?


Kita harus ingat, bahwa di masa inilah keputusan-keputusan kecil dibuat. Keputusan-keputusan kecil yang akan sangat berpengaruh di masa depan. Seperti halnya masa ini. Masa yang sekarang kita rasakan adalah hasil dari keputusan-keputusan yang kita pilih di masa lalu: mau seperti apa masa depan kita nantinya. Masa inilah yang akan bantu menjawab.



Lalu, apa yang harus kita lakukan?


  • 1.     Perbaiki mindset antara harapan dan realita.

11

Di masa mendatang, akan selalu ada kejutan. Harapan kita dan realita yang akan terjadi belum tentu sama. Ketika realita sesuai dengan harapan, maka wajib bersyukur dan tak berhenti meng-upgrade diri. Ketika sedang jatuh dan kecewa, kita harus segera menormalisasi mindset, “Iya, gak apa-apa. Emang sekarang waktuku untuk berenang”. Dan mau enggak mau, setelah itu harus bangkit lebih kuat dan berjuang lebih keras.


  • 2.     Mempunyai map (tujuan, target, atau harapan).


Setiap dari kita harus mempunyai tujuan hidup. Jangan terlalu ekstrem kanan; menyerahkan semuanya pada Allah tanpa berusaha (pasrah). Pun jangan terlalu ekstrem kiri; seakan terlalu mengatur kehidupan. Kita pilih di tengah saja, berjalan dengan berpegangan tujuan hidup.


Berjalan tanpa peta itu akan lebih tersesat, dibanding berjalan dengan peta yang ada kemungkinan salahnya. Caranya, buat peta atau tujuan sesuai dengan kelebihan dan kekurangan masing-masing. Muaranya, kita akan menjadi orang yang seperti apa? Bagaimana kita akan dikenang?


  • 3.     Berinvestasi dalam hal apapun yang bisa menjadi bekal untuk mencapai tujuan.


Investasi terbaik: dari leher ke atas (otak), yang mana perlu diisi dengan ilmu, pemikiran, keterampilan, etika dan moral dalam menjalankan hidup.


Pada dasarnya, investasi leher ke atas adalah bentuk ‘menabung’ untuk mengembangkan diri dengan tujuan untuk mendapatkan sesuatu yang lebih besar di masa mendatang. Caranya, memperbanyak membaca, menuntut ilmu dengan sungguh-sungguh, lalu juga dengan mempelajari soft skill.


  • 4.     Fokus kepada hal yang bisa dilakukan sekarang.


Setiap hal itu punya proses dan zona waktu masing-masing. Supaya bisa selalu terarah dalam menjalani proses itu, kita butuh mentor: seseorang yang kita yakini bisa mengarahkan dan mengajari bidang yang ingin kita tekuni. Karena berjalan sendirian akan lebih lambat daripada ketika ditarik oleh mentor.


  • 5.     Berdamai dengan apapun.


Apa pun hasilnya nanti, kita harus bisa menerima dan bersyukur. Di saat kita telah berproses panjang, kita juga harus mampu berproses menerima kritik dan saran dari orang lain, supaya lebih memperbaiki diri.


Ini bukan fase menyerah, melainkan ini area untuk introspeksi dan berani melangkah maju lagi, juga menghadapi segala sesuatu dengan lebih terkendali. Berdamai dengan diri sendiri sama dengan peduli dengan sekitar dan orang lain. Inilah indikator kesehatan mental seseorang.


Gini banget, ya, dewasa itu. Tidak apa-apa, yang penting melangkah aja dulu.


Jangan lupa, untuk selalu meminta petunjuk kepada Allah di setiap langkah kita menuju masa depan dan meminta keberkahan di setiap apa yang kita lakukan, karena we are nothing without Allah.



(Diambil dari rangkuman webinar kelas soft skill Rumah Hiwar bersama Ustadzah Damae Wardhani, S.Sos., M.Med.Kom, dengan tema: Wisdom Menuju Masa Dewasa Awal.)



Ditulis Oleh : Sayyida Aisyah Zahira

Disunting oleh : Redaksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Pandora