Kabar dan Berita Penerima Beasiswa Al Azhar PM Darussalam Gontor Ulul Albab

Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Bir Tawil: Terra Nullius yang Tidak Diklaim karena Terikat oleh Sejarah dan Perselisihan




Ululalbab.org - Di selatan Mesir terletak sebidang tanah unik yang dikenal sebagai “Bir Tawil”, sebuah tempat yang memiliki intrik dan daya tarik bagi para petualang dan calon 'raja'. Wilayah yang tidak diklaim ini, berukuran hanya 2.060 kilometer persegi dan terletak di perbatasan Mesir dengan Sudan. Ini adalah terra nullius (tanah tak bertuan) terakhir yang tersisa di dunia selain Antartika, yang berarti tidak memiliki kewarganegaraan, tanpa populasi permanen, dan sedikit dalam hal sumber daya alam.

Bir Tawil terkait dengan Segitiga Halayeb yang berdekatan, sebuah wilayah dengan signifikansi ekonomi yang jauh lebih besar. Segitiga Halayeb lebih besar, meliputi 20.580 kilometer persegi, dan kaya akan mineral dan sumber daya alam lepas pantai. 

Selain itu, ia memiliki populasi permanen sebanyak 27.000 orang. Karena daya tarik ekonominya, baik Mesir dan Sudan telah mempertaruhkan klaim atas Segitiga Halayeb, menghasilkan situasi yang menarik di mana Bir Tawil tetap tidak diklaim.

Akar dari sengketa teritorial yang kompleks ini dapat ditelusuri kembali ke era kolonial, yakni selama pemerintahan kekaisaran Inggris. Perjanjian Kondominium Anglo-Mesir tahun 1899 menetapkan batas antara Mesir dan Sudan sepanjang garis 22° lintang utara. Menurut perjanjian ini, Bir Tawil dianggap sebagai bagian dari Sudan, sedangkan Segitiga Halayeb milik Mesir. Namun, pada tahun 1902, Mesir mengubah perbatasan di wilayah timur untuk mengakomodasi pertimbangan administratif, yang mengakibatkan pengalihan Segitiga Halayeb ke Sudan dan Bir Tawil ke Mesir.

Pasca kemerdekaan, kedua negara tersebut secara efektif memerintah bersama Segitiga Halayeb, tetapi tidak mengklaim Bir Tawil karena kurangnya sumber daya dan populasi permanen. Pada tahun 1992, ketegangan meningkat ketika Sudan memberikan hak eksplorasi minyak di lepas pantai Segitiga Halayeb, yang menyebabkan Mesir mengusir pemerintah Sudan dari wilayah tersebut, yang secara resmi mengakhiri pemerintahan bersama.

Perselisihan atas Segitiga Halayeb telah membuat Bir Tawil dalam keadaan di ujung tanduk. Jika Mesir atau Sudan mengklaim Bir Tawil, mereka telah memenuhi apa yang diharapkan oleh negara lain, hal ini memberikan dampak yang lebih signifikan kepada Segitiga Halayeb secara ekonomi. Hal ini telah menyebabkan situasi unik di mana para petualang dan 'raja' yang memproklamirkan diri telah mengambil kesempatan untuk mengklaim Bir Tawil sebagai milik mereka terlebih dahulu, tanpa pengakuan resmi dari Mesir atau Sudan.

Bir Tawil terus memikat imajinasi para petualang dan pengamat yang ingin tahu, namun nasibnya tetap terjerat dengan perselisihan yang belum terselesaikan atas Segitiga Halayeb. Sampai suatu resolusi dicapai antara Mesir dan Sudan, Bir Tawil akan terus menjadi tanah yang asing, tanpa klaim kedaulatan dari negara manapun.


Oleh : Nick Carter
Disunting oleh :Redaksi


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Pandora